Kota Serang. “Di masa pandemi yang merupakan bencana non alam, di mana anak merupakan Kelompok paling rentan terlebih anak Disabilitas yang merupakan amanah dan anugerah dari Alloh SWT, maka di harapkan dalam menyikapinya terutama dalam pola asuh anak di masa pandemi orang tua akan selalu dalam menciptakan lingkungan yang aman,nyaman dan menyenangkan bagi anak.” Demikian diungkap oleh Hj. Kurota Akyun saat didaulat menjadi Keynote Speaker dalam Webinar Nasional Series The Power of Parenting yang digelar oleh Amal Insani Foundation, Kamis (4/11/2021)
“Orang tua harus terus berpikir positif artinya dapat menjaga suasana hati ,pengendalian emosi sehingga anak anak Disabilitas di pastikan bahagia dalam keluarga. Orang tua harus terus bersabar dan menyadari bahwa Alloh menitipkan malaikat malaikat kecil yang memiliki banyak kelebihan”. tutur Hj Kurota Akyun yang juga menjabat sebagai Ketua LPA Kab. Serang
Ketua LPA Kab Serang ini juga menambahkan, “Ketika keluarga mampu memberikan pola asuh yang lebih mengedepankan afektif anak yaitu bahagia, merasa di cintai dan merasa aman maka anak anak Disabilitas akan mampu melewati pandemic ini. Pastinya semua itu bisa di lakukan orang tua dan keluarga ketika kel mampu mengenali 4watak dasar manusia yaitu koleris,plagmatis,sanguin dan melankolis. Sehingga pengasuhan di berikan dengan berbeda hasilnya membuat anak tangguh percaya diri.”
Sementara Achmad Rozi El Eroy selaku CEO Amal Insani Foundation dalam sambutan pembukanya mengatakan, Webinar kali ini merupakan bentuk kepedulian Amal Insani Foundation terhadap isu pola pengasuhan anak Disabilitas yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dari para orangtua.
“Tujuan webinar ini adalah memberikan pencerahan dan pengayaan pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana membangun pola asuh anak disabilitas selama masa pandemi.” ungkap Rozi yang juga merupakan Ketua Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) Banten.
Yuni Tanjung Utami selaku narasumber Webinar mengatakan Pola pengasuhan anak merupakan kemampuan keluarga dalam memberikan perhatian, dan memberi dukungan terhadap setiap perkembangan anak dengan cara memenuhi kebutuhannya baik secara fisik, mental, dan sosial.
“ Ada empat pola Asuh Anak yang dapat dijadikan pilihan bagi orangtua dalam pengasuhan anak Disabilitas; pertama pola Asuh otoriter; kedua pola asuh demokratis; ketiga, pola asuh permisif; dan keempat, pola asuh situasional.” tutur Dosen Untirta yang saat ini sedang menempuh pendidkan Doktoral di UPI Bandung.
Dijelaskan oleh Yuni, Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang dilakukan dengan cara memaksa, mengatur, dan bersifat keras. Orang tua memberi tuntutan secara ketat terhadap anak dan anak harus melakukan segala tuntutan yang diberikan oleh orang tua.
“Pola asuh otoriter dapat memberi dampak yang negatif terhadap perkembangan psikologis anak. Anak cenderung tidak dapat mengendalikan diri dan emosi bila berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.” Yuni menjelaskan.
Menurut Yuni, Pola asuh demokratis mendorong anak menjadi mandiri, dapat memecahkan masalah, tidak mengalami depresi atau tekanan dari orang tua, dapat menjadi anggota masyarakat yang baik, dan mampu berprestasi dengan baik.
“Berbeda dengan pola Asuh otoriter dan demokratis, pola Asuh permisif yaitu orang tua memberikan kebebasan terhadap anak. Pola pengasuhan permisif akan membentuk anak menjadi kurang memiliki kemampuan sosial karena adanya kontrol diri yang kurang.” ujar Yuni yang pernah menjadi Sekretaris Prodi Pendidikan PKh di FKIP Untirta ini.
“Dan yang terakhir pola asuh situasional, yaitu pola asuh yang diterapkan oleh orang tua tidak berdasarkan pola asuh tertentu dalam artian semua tipe pola asuh seperti pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif diterapkan secara luwes disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung.” Yuni mengakhiri paparannya. (red)