Serang, amalinsani.org. Dilansir dari amalinsani.org, Dr. Neka Fitriyah dalam paparan Materinya mengatakan, “Orangtua dan anak pada umumnya adalah wujud dari perbedaan antar generasi. Masing-masing generasi dengan nilai budaya dan pola perilakunya menunjukkan karakteristik yang khas dalam kehidupan sosial anggotanya. Adanya gap antara nilai – nilai ideal yang diajarkan oleh generasi sebelumnya dengan realitas yang dihadapi oleh generasi sekarang. Perkembangan teknologi, perubahan budaya serta nilai-nilai sosial masyarakat mempengaruhi hubungan komunikasi orang tua kepada anak.” demikian diungkap oleh Dosen Fisip Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten dalam penyampaian materi pada Webinar Nasional Series The Power of Parenting, Kamis (11/11/2021)
Neka menambahkan, “Kemajuan teknologi telah melahirkan apa yang disebut sebagai “media-literate kids”, anak-anak yang melek media. Mereka adalah anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan media digital (Ibrahim, 2011). Tidak ada yang mampu menandingi kemampuan teknologi dan media dalam mempengaruhi cara berpikir dan perilaku anak.”
Webinar Nasional Series yang diselenggarakan oleh Amal Insani Foundation dalam rangka Milad yang ke 5, juga menghadirkan narsumber Evita Yuliatul Wahidah, Dosen Tetap di STIT Muhammadiyah Bojonegoro Jawa Timur; dan juga menghadirkan Lailatul Fitri selaku Asisten Ombudsman RI Sumatera Selatan,dengan Moderator Henny Setiani selaku Dosen Tetap Universitas Primagraha.
Dalam paparan selanjutnya, Neka Fitriyah memberikan catatan bahwa ada dampak negative yang mungkin akan dialami oleh penggunaan media oleh anak, yaitu pertama, Anak yang sudah mengenal teknologi memiliki kecenderungan addict terhadap sesuatu yang berbau teknologi; kedua, Muncul apatisme, yakni sikap tidak acuh atau tidak peduli, tidak tertarik, dan tidak memiliki entusiasme terhadap apapun; dan ketiga, Muncul sikap a social, yaitu kurangnya motivasi seseorang dalam terlibat atau melakukan interaksi dengan individu atau kelompok lain.
Evita Yuliatul Wahidah dalam materinya yang berjudul, Pola Asuh Anak Usia Dini Perspektif Islam menjelaskan bahwa Pola asuh dengan nilai-nilai Islam yang bersumber dari ajaran Islam. Proses berlangsungnya pola asuh Islam tidak dibatasi dengan usia dan pernikahan. Akan tetapi tanggung jawab orang tua secara moral berlangsung terus menerus, serta tetap harus mengontrol.
“Aspek sasaran dalam pola asuh Islam adalah terpenuhinya seluruh potensi dasar manusia yaitu: ruh, akal dan jasad, sehingga tercipta generasi yang seimbang (tawazun)”ungkap Evita yang tercatat sebagai Dosen STIT Bojonegoro Jawa Timur
Sementara Lailatul Fitri dalam pemaparannya materinya yang berjudul Menanamkan Kemampuan Literasi Anak Usia Dini di Era Digital mengatakan, literasi adalah skill/kemampuan yang dibawa setiap anak sejak lahir. Skill tersebut meliputi membaca, menulis, menghitung, menggambar. Skill tersebut tidak taken for granted.
“Literasi identik dengan kemampuan membaca, menulis dan menghitung meskipun literasi mencakup seluruh kemampuan yang ada dalam diri anak itu sendiri.literasi bukan hanya membacatetapi merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.” tutur Lailatul Fitri yang menjabat Asisten Ombudsman RI untuk Wilayah Sumatera Selatan.
Ditambahkan oleh Fitri, ada empat langkah menanamkan minat literasi pada anak usai dini,pertama mengembangkan Literasi berbasis bermain/permainan; kedua, Literasi yang dikembangkan sesuai kondisi lingkungan; ketiga, Peran keluarga (anak hebat keluarga terlibat); dan keempat, adanya teladan dari orang tua.
“Anak usia 4-5 tahun adalah anak mimicri, meniru/mencontoh apa yang terlihat, tak ada gunanya memerintahkan anak membaca atau be-literasi kalau orang tua diperbudak gadget.” pungkasnya. (red)