Setiap orang yang menikah sudah tentu mendambakan dan mencita-citakan perkawinan yang harmonis. Namun demikian tidak bisa dilupakan bahwa sebuah perkawinan pada dasarnya terdiri dari dua orang yang mempunyai kepribadian, sifat dan karakter, latar belakang keluarga dan problem yang berbeda satu sama lain.
Semua itu sudah ada jauh sebelum keduanya memutuskan untuk menikah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kehidupan perkawinan pada kenyataan selanjutnya tidak seindah dan seromantis harapan pasangan tersebut. Persoalan demi persoalan yang dihadapi setiap hari, belum lagi ditambah dengan keunikan masing-masing individunya, sering menjadikan kehidupan perkawinan menjadi sulit dan hambar. Jika sudah demikian, maka kondisi itu semakin membuka peluang timbulnya perselingkuhan di
antara mereka.
Perselingkuhan akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan yang menarik dan santer, sebab perselingkuhan itu sendiri tidak hanya didominasi oleh para pria, tetapi juga wanita di segala lapisan dan golongan, bahkan tidak memandang usia. Idealnya, kehidupan suami istri dalam rumah tangga mampu mewujudkan keluarga yang harmonis dan bahagia. Namun dalam kenyataannya banyak pasangan suami istri mengalami konflik rumah tangga sehingga tujuan perkawinan sulit untuk diwujudkan.
Pada dasarnya, setiap manusia tidak terlepas dari kehidupan normal masyarakat, membaur dalam kehidupan sosial. Sudah menjadi kodrat manusia mengikuti aturan kehidupan bermasyarakat seperti halnya berkeluarga. Namun, aturan yang ada di lingkungan tersebut seperti pergaulan, status sosial, jabatan, dan pengalaman bisa mengubah manusia tersebut. Sama halnya dengan perkawinan yang semula harmonis, disebabkan faktor lingkungan tersebut bisa berubah menjadi sebuah konflik dan
pertengkaran yang berujung kepada perceraian dan perselingkuhan.
Perselingkuhan adalah hubungan antara individu baik laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah ataupun yang belum menikah dengan orang lain yang bukan pasangannya. Walaupun demikian, pengertian “berselingkuh” dapat berbeda tergantung negara, agama, dan budaya. Pada zaman sekarang, istilah perselingkuhan digunakan juga untuk menyatakan hubungan yang tidak setia dalam rumah tangga.
Perselingkuhan merupakan salah satu aspek kehidupan keluarga dan sering menjadi sumber permasalahan. Perselingkuhan seorang suami atau istri merupakan bentuk penyimpangan tindakan anggota keluarga dilakukan tanpa sepengetahuan pasangannya. Perselingkuhan dilakukan di berbagai aspek kehidupan keluarga, seperti keuangan, kebijakan keputusan, seksual, persahabatan, hubungan dengan orang tua, pekerjaan, dan sebagainya. Perselingkuhan biasanya ditandai dengan perubahan sikap.
Perubahan sikap paling nyata dan sering terjadi dalam kasus perselingkuhan adalah kecenderungan untuk merahasiakan sesuatu, bertindak defensif (bersikap bertahan), dan berbohong.
Perilaku selingkuh dapat dikategorikan sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri yaitu upaya mempertahankan keseimbangan diri dalam menghadapi tantangan kebutuhan diri. Kebutuhan-kebutuhan yang tidak tercapai dalam keluarga akan dicapai pemenuhannya secara semu dengan cara berselingkuh. Orang yang berselingkuh mengira seolah-olah masalah yang dihadapi akan terselesaikan sehingga memberikan keseimbangan untuk sementara waktu, namun, karena cara itu merupakan cara yang semu dan tidak tepat, sehingga yang terjadi adalah timbulnya masalah baru yang
menuntut untuk pemecahan lagi
Faktor Penyebab terjadinya Perselingkuhan
Kalau dilihat dari kasus perselingkuhan yang terjadi memiliki beragam faktor terjadinya perselingkuhan suami atau istri, dari kasus yang ada tersebut dapat kita bagi kedalam dua faktor secara umumnya yaitu:
1 Perbedaan Kultur/Latar Belakang Sosial
Perbedaan kultur yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah perbedaan latar belakang pendidikan, perkembangan kepribadian, subkultur, serta pola hidup. secara umum Perselingkuhan sering terjadi ketika keluarga mengalami konflik dalam perkawinan yang tidak kunjung selesai dan terus-menerus oleh perbedaan latar belakang pendidikan, perbedaan perkembangan kepribadian, perbedaan subkultur, serta perbedaan pola hidup, yang menyebabkan ketidakserasian relasi antarpasangan dalam rumah tangga.10
Dari perbedaan kultur tersebut sering terjadinya perselingkuhan. Perselingkuhan yang terjadi apabila dilihat dari perbedaan kultural seperti suami dididik dari lingkungan kota sementara istri dididik dari lingkungan dan keluarga kampung atau istri berpendidikan rendah tidak tamat Sekolah Dasar sementara suami tamatan S1, sehingga mereka sering cekcok dan bertengkar disebabkan masalah kecil yang ada dalam keluarga. Perselisihan tersebut sering berkelanjutan dan terus menerus. Dari perselisihan dan perbedaan pandang tersebut sering berakhir dengan perselingkuhan, bahkan ada yang berakhir dengan perceraian.
2. Kekecewaan
Terjadinya perselingkuhan disebabkan faktor kekecewaan yang terjadi antara suami dan istri pada masyarakat, seperti sifat yang berbeda dan cara berkomunikasi yang kurang cocok. Kekecewaan dalam pasangan yang sering terjadi diantaranya; pasangangan memiliki sifat yang berbeda seperti suami tidak makan di luar sementara istri suka makan di rumah atau istri suka hidup mewah sementara istri tidak suka hidup bermewahan. Bahkan ada juga komunikasi antara suami dan istri yang bermasalah, seperti suami menuduh istri komunikasinya tidak terbuka atau istri menuduh suaminya tidak terbuka dalam berkomunikasi, sehingga terjadi ketidakpuasan dalam berkomunikasi. Hal itu berakibat pada salah paham dan saling tuduh menuduh antara pasangan. Sehingga terjadi pertengkaran dan kekecewaan yang berkepanjangan. Efek lanjutannya, suami atau istri melampiaskan kekecewaan tersebut dengan cara berselingkuh dengan pasangan lain, ada yang selingkuh dengan suami atau istri orang lain, bahkan ada juga yang berselingkuh dengan laki-laki jejaka atau perempuan gadis. Kekecewaan antar pasangan tersebut mengakibatkan hubungan suami istri menjadi kurang harmonis. Berdasarkan pengakuan informan khususnya dari suami, menjadi alasan paling sering diungkapkan pihak laki-laki untuk mencari kesenangan di luar. Apalagi jika konflik rumah tangga mereka itu berakhir dengan pertengkaran hebat,
akan sulit untuk mendamaikannya. Sementara kebutuhan seks datang tak terduga. Lambat-laun muncul hasrat untuk melampiaskannya di luar.
3. Ketidakpuasan dalam kehidupan seksual
Sering masyarakar beranggapan bahwa kebutuhan seksual adalah masalah tabu, apa bila ada yang bercerita tentang kebutuhan seksual sering beranggapan bahwa masalah seksual adalah jorok, ternyata ketidakpuasan dalam kehidupan seksual pada rumah tangga menjadi faktor perselingkuhan, ini terjadi di masyarakat kita. Dikarenakan suaminya tidak mampu memberikan kepuasan, langkah yang ditempuh istri adalah selingkuh dangan pria lain yang mampu memuaskan kebutuhan seksualnya. Kasus perselingkuhan disebabkan ketidakpuasan dalam hubungan seksual mayoitas dialami istri.
4. Kebutuhan Finansial yang tidak cukup
Kebutuhan finansial yang tidak cukup juga menjadi faktor perselingkuhan di masyarakat. Hal ini penulis peroleh dari hasil observasi di lapangan. Berdasarkan pengakuan informan, bahwa perselingkuhan yang ia lakukan karena suaminya tidak mampu memenuhi kebutuhan primer dan sekunder dalam rumah tangga. Yang sering melakukan perselingkuhan disebabkan ketidakcukupan kebutuhan finansial adalah istri. Dari keterangan informan yang penulis lakukan wawancara semuanya yang pernah melakukan selingkuh disebabkan faktor finansial adalah istri. Bahkan pengakuan dari mereka yang pernah selingkuh bahwa setelah mereka selingkuh dengan orang kaya, orang tersebut mampu memenuhi kebutuhannya seharihari, seperti kebutuhan kosmetik, pakaian, makanan dan kebutuhan lainnya.
5. Pengaruh Teman Dekat
Di antara faktor eksternal terjadinya perselingkuhan di masyarakat adalah disebabkan pengaruh dari teman dekat. Hal ini penulis dapati dari hasil wawancara dengan beberapa informan dan keterangan dari penghulu. Bahkan ada informan yang mengatakan bahwa suaminya selingkuh karena pengaruh teman akrab suaminya yang suka selingkuh dengan wanita lain. Hal tersebut juga dikemukakan seorang suami, ia mengatakan bahwa dulunya ia tidak suka dan takut selingkuh, tapi setelah berteman akrab dan sering keluar dengan teman yang suka selingkuh, dia menjadi terpengaruh dan belakangan ini terbawa kebiasaan buruk temannya itu. Pengaruh pergaulan teman dekat ternyata mendorong seseorang untuk
mengambil keputusan mencoba menjalin hubungan perselingkuhan, demi tidak mendapat sebutan STS (suami takut istri) di kalangan rekan sepergaula mereka, masalah itulah yang terjadi di masyarakat.